Selasa, 17 Januari 2017

MANUSIA DAN KEADILAN

MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
“MANUSIA DAN KEADILAN"

Image result for gunadarma logo
Disusun oleh :


NAMA : APRILIANO BECHKAM AGERTAMMA


NPM : 10216990


KELAS : 1EA22


UNIVERSITAS GUNADARMA


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia mendambakan akan adanya suatu yang adil dalam kehidupannya.

Baik adil secara individual maupun secara social. Rata-rata manusia mendambakan

suatu keadilan secara berlebihan. Buktinya, ketika seseorang telah mendapatkan

bagian dari hak nya, mereka masih berusaha untuk ingin lagi yang lebih dari yang

mereka dapatkan.

Keadilan merupakan sesuatu yang kerap terdengar di telinga kita. Seorang

penguasa negara, pemerintahah, dan masyarakat pada umumnya, semuanya

menyerukan dan menginginkan suatu keadilan. Tidak hanya itu, bahkan mereka

juga dituntut untuk menegakkan suatu keadilan.

Pada dasarnya keadilan itu adalah suatu keselarasan dan keharmonisan

antara hak dan kewajiban. Yang mana orang dikatakan berbuat adil ketika ia benar-

benar telah melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan apa yang

dibebankan, dan kemudian baru orang itu bersedia menerima apa yang sudah

menjadi hak nya. Jika ia melaksanakan kewajibannya semata, dan tidak mau

menerima hak nya, maka ia telah siap diperbudak orang lain.

A. MANUSIA DAN KEADILAN

Apa itu keadilan?

Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk tertinggi yang

memiliki gejala-gejala istimewa yang hanya terdapat pada manusia saja, dan

tidak terdapat pada benda mati ataupun benda hidup seperti pada hewan

ataupun tumbuh-tumbuhan. Gejala-gejala istimewa itu bisa kita golongkan

menjadi tiga jenis yang disebut akal, rasa dan kehendak akal. Manusia

berpikir untuk memenuhi hasrat untuk memperoleh pengetahuan, untuk

mencapai kebenaran dan kenyataan, berusaha untuk memenuhi hasrat

memperoleh seni dalam arti luas.

Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki sifat kodrat yaitu sifat kodrat

perseorangan atau juga disebut mahkluk pribadi (individu) dan sifat kodrat

masyarakat atau disebut makhluk sosial. Di dalam istilah filsafat, kedua sifat

kodrat manusia ini disebut sifat kodrat monodualis manusia. Ditinjau dari segi

kepentingan hidup nya, manusia sebagai makhluk pribadi mengatur

hubungan nya untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan manusia sebagai

makhluk sosial mengatur hubungannya antara manusia yang satu dengan

manusia lainnya. Tidak mungkin manusia bisa hidup sendiri tanpa hubungan

dengan manusia lain, terakhir sebagai makhluk Tuhan, manuisia mengatur

hubungannya dengan Tuhan atau Prima Causa.

Khong Hu Tsu, seorang filosof China menuturkan tentang keadilan dan

berpendapat sebagai berikut: “Bila anak sebagai anak, bila ayah sebagai

ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan

kewajibannya, maka itulah keadilan” agak menyadari akan peranan masing-

masing dari suatu fungsi meruoakan suatu keharusan bagi tercapainya suatu

keadilan.

Aristoteles mengatakan bahwa keadilan adalah suatu kelayakan dalam

tindakan manusia. Kelayakan disini diartikan sebagai titik tengah diantara

kedua ujung ekstrim yang terlalu kanan dan terlalu kiri atau terlalu banyak dan

terlalu sedikit dari kedua ujung yang ekstrim tersebut.

Plato menganggap bahwa keadilan itu merupakan kewajiban tertinggi

dalam kehidupan negara yang baik, sedangkan orang yang adil adalah yang

mampu mengendalikan diri, perasaannya dikendalikan oleh akal sehat.

B. KEJUJURAN DAN KEBENARAN

Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang

sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan

kenyataan yang ada. Sedangkan, kenyataan yang ada itu adalah

kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih

hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan

hukum.

Jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang

terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati

nurani nya yang berupa kehendak, harapan dan niat. Seseorang yang

tidak menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Kejujuran

mewujudkan keadilan sedangkan keadilan menuntut kemuliaan abadi,

jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta menyucikan

lagipula membuat luhurnya budi pekerti. Kebenaran dalam arti moral

berarti tidak palsu dan tidak munafik. Kesadaran moral adalah

kesadaran tentang diri sendiri

C. KECURANGAN

Kecurangan atau curang identik dengan ketidak luhuran atau

tidak jujur dan sama pula dengan licik meskipun tidak serupa benar.

Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang atau

kecurangan artinya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hati

nurani nya. Atau, orang itu dalam hatinya sudah berniat curang

dengan maksud memperoleh keuntungan. Yang dimaksud

keuntungan disini adalah keuntungan yang berupa materi.

Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak,

ingin menimbun kekayaan yang berlebih dengan tujuan agar dianggap

sebagai orang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat

disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam orang melakukan

kecurangan ada empat aspek, yaitu: aspek ekonomi, aspek

kebudayaan, aspek peradaban, dan asek teknik.

Apabila dalam hatinya manusia digerogoti jiwa tamak, iri,

dengki maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar

norma dan norma tersebut, dan terjadilah kecurangan.

D. PEMULIHAN NAMA BAIK

Nama baik merupakan salah satu tujuan utama orang hidup. Nama

baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan

hati-hati agar namanya baik. Penjagaan nama baik erat hubungannya

dengan tingkah laku atau perbuatan. Boleh dikatakan nama baik atau

tidak baik adalah tingkah laku atau perbuatannya.

Tingkah laku atau perbuatan baik dengan nama baik itu pada

hakikatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu:

1. Manusia menurut sifat dasarnya dalam makhluk moral.

2. Ada aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhu manusia untuk

mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.

Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf.

Minta maaf dan tobat tidak hanya di bibir saja, tetapi juga dari tingkah

laku. Pada hakikatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran

manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya

tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak.

E. PEMBALASAN

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu

dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang,

tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan

disebabkan oleh adanya pergaulan yang bersahabat mendapat

balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh

kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Dalam

bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan

moral itu.

Pembalasan itu ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif,

pembalasan bersikap positif adalah pembalasan yang dilakukan atas

dasar saling menjaga dan menghargai hak dan kewajiban masing-

masing. Oleh karena itu, tiap manusia tidak menghendaki hak dan

kewajibannya dilanggar atau diperkosa.

KESIMPULAN

Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia karena dalam hidup nya manusia menghadapi keadilan atau

ketidak adilan setiap hari. Oleh sebab itu, keadilan dan ketidak adilan

menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari

imajinasi ketidak adilan, seperti seni drama, seni puisi, seni novel,

musik, film, filsafat dan lain lain. Dalam kehidupan sehari-hari sering

terjadi orang “Menghakimi sendiri”. Perbuatan itu sama hal nya

dengan mencapai “Keadilan Sendiri”yang akibatnya “Ketidak Adilan”

bagi yang “Dihakimi”

DAFTAR PUSTAKA

1. Suyadi, M.P., Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar,

Universitas Terbuka, Jakarta, 1985.

2. Hartono, Drs., dkk., Ilmu Budaya Dasar, CV. Pelangi, Surabaya,

1986.

3. Hoegiono, Drs., dkk., Ilmu Budaya Dasar dan PKLH, IKIP

Semarang Press, Semarang, 1990.

4. Mochtar Hadi, Ilmu Budaya Dasar, UNS, Surakarta, 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar